BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada jaman modern ini manusia
berusaha supaya segala sesuatu dapat dilakukan dengan mudah dan cepat tanpa
hambatan. Oleh karena itu, penemuan-penemuan baru dibidang teknologi yang dapat
mempermudah kehidupan manusia yang sekarang banyak diminati.
Sekarang ini banyak peralatan atau
mesin yang memiliki kemampuan sangat baik, dari segi operasionalnya sangatlah
efisiensi sehingga tidak banyak memakan waktu dan tempat.
Teknologi dibidang refrigerasi dan
air conditioning merupakan teknologi yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia pada masa sekarang. Oleh karena itu teknologi Refrigerasi
adalah pilihan yang paling tepat karena Refrigerasi mempunyai fungsi utama
yaitu kenyamanan dan perlindungan.
Refrigerasi adalah suatu sistem yang
memungkinkan untuk mengatur suhu sampai mencapai suhu dibawah suhu lingkungan.
Penggunaan refrigerasi sangat dikenal pada sistem pendingin udara pada
bangunan, transportasi, dan pengawetan suatu bahan makanan dan minuman.
Penggunaan refrigerasi juga dapat ditemukan pada pabrik skala besar, contohnya,
proses dehidrasi gas, aplikasi pada industri petroleum seperti pemurnian minyak
pelumas, reaksi suhu rendah, dan proses pemisahan hidrokarbon yang mudah
menguap.
Refrigersi juga merupakan metode
pengkondisian temperatur ruangan agar tetap berada dibawah temperatur
lingkungan. Karena temperatur ruangan yang terkondisi tersebut selalu berada
dibawah temperatur lingkungan, maka ruangan akan menjadi dingin, sehingga
refrigerasi dapat juga disebut dengan metode pendinginan.
Refrigerasi merupakan suatu proses
penarikan panas/kalor dari suatu benda/ruangan sehingga temperatur
benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai
dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat
dipindahkan ke suatu bahan/benda lain yang akan menyerap kalor. Jadi
refrigerasi akan selalu berhubungan dengan proses-proses aliran panas dan
proses-proses perpindahan panas. Untuk mempelajari refrigerasi dengan baik,
dibutuhkan pengetahuan tentang bahan dan energi, temperatur, tekanan, panas dan
akibat-akibatnya serta subyek-subyek yang lain yang berhubungan dengan fungsi
dari suatu sistem refrigersi, terutama termodinamika dan perpindahan panas.
B. Tujuan
Praktikum
Ø Mengidentifikasi komponen dan peralatan sistem refrigerasi kompresi uap
dan menjelaskan masing-masing fungsinya.
Ø Menyebutkan komponen utama pada sistem refrigerasi kompresi uap.
C. Manfaat
Praktikum
Operasi refrigerasi mempunyai manfaat
yang banyak, antara lain:
1)
Pengkondisian udara pada ruangan
dalam bangunan/rumah, sehingga temperatur didalam bangunan/rumah lebih dingin
dibanding di luar rumah.
2)
Pengolahan/transportasi/penyediaan
bahan-bahan makanan/minuman menjadi legis terhadap aktivitas mikro organisme.
3)
Pembuatan batu es dan dehidrasi gas
dalam skala besar.
4)
Pemurnian minyak pelumas pada
industri minyak bumi.
5)
Melangsungkan reaksi-reaksi kimia
pada temperatur rendah.
6)
Pemisahan terhadap komponen-komponen
hidrokarbon yang mudah menguap.
7)
Pencairan gas untuk mendapatkan gas
murni (O2 dan N2).
D. Pembahasan
Masalah
Masalah yang muncul dan harus
ditangani oleh penyusunan laporan adalah bagaimana merancang atau membuat
sistem refrigerasi kompresi uap sehingga bisa mencapai temperatur yang ideal
untuk kenyamanan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan
kelebihan dan kekurangan sistem tersebut.
E. Sistematika
Laporan
Agar dalam penulisan atau menguraikan masalah memiliki
acuan yang terarah, maka penulis yang akan menerangkan secara garis besar
tentang pokok yang akan dijelaskan diantaranya :
Ø BAB I PENDAHULUAN
Menerangkan tentang latar belakang,
tujuan, manfaat, pembahasan, masalah, dan sistematika laporan.
Ø BAB II DASAR TEORI
Menjelaskan teori penunjang yang akan
di pakai untuk merealisasikan pembuatan sistem refrigasi kompresi uap.
Ø BAB III ALAT DAN BAHAN
Menjelaskan berbagai macam alat dan
bahan yang di gunakan untuk pembuatan sistem refrigasi kompresi uap.
Ø BAB IV DATA DAN ANALISA
Menjelaskan data dan analisa
percobaan yang di ambil dan analisa yang kami lakukan agar mencapai sistem yang
ideal.
Ø BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menjelaskan rangkuman dari laporan
ini dan saran dari penulis.
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengantar
Sistem Refrigerasi
Salah satu aspek yang paling penting dari rekayasa
lingkungan termal adalah refrigerasi. Refrigerasi merupakan suatu proses
penarikan panas/ kalor dari suatu benda/ ruangan sehingga temperatur tenda/ruangan
tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai dengan konsep
kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat dipindahkan ke
suatu bahan/benda lain yang akan menyerap kalor. Jadi refrigerasi akan selalu
berhubungan dengan proses-proses aliran panas dan proses-proses perpindahan panas.
Untuk mempelajari refrigerasi dengan baik, dibutuhkan
pengetahuan tentang bahan dan energi, temperatur, tekanan, panas dan
akibat-akibatnya serta subyek-subyek yang lain yang berhubungan dengan fungsi
dari suatu sistem refrigerasi, terutama termodinamika dan perpinadahan panas.
Sistem refrigerasi pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1.
Sistem
refrigerasi mekanik: dimana akan ditemui adanya mesin-mesin penggerak/dan alat
mekanik lain, berikut yang termasuk dalam sistem refrigerasi mekanik adalah:
a)
Refrigerasi
sistem kompresi uap.
b)
Refrigerasi
siklus udara.
c)
Refrigerasi
temperatur ultra rendah/ Kriogenik.
d)
Refrigerasi
siklus sterling.
2.
Sistem
refrigerasi non mekanik, dimana tanpa menggunakan mesin-mesin penggerak/dan
alat mekanik lain. Berikut yang termasuk sistem refrigerasi non mekanik adalah
sebagai berikut:
a)
Refrigerasi
thermoelektrik.
b)
Refrigerasi
absorbsi.
c)
Refrigerasi
steam jet.
d)
Refrigerasi
magnetic.
e)
Heat
pipe.
Penerapan-penerapan
refrigerasi pada dasarnya hampir meliputih seluruh aspek kehidupan kita sehari-hari.
Industri refrigerasi dan tata udara berkembang pesat dan bervariasi. Salah satu
penggunaan dasar dari refrigerasi adalah pembuatan es. Saat ini refrigerasi
sangat penting artinya dalam bidang produksi, pengolahan dan distribusi
makanan, juga untuk mencapai kegiatan
industri yang efesien baik alat dan hasil yang produksi maupum para sumber daya manusianya yang bekerja lebih efektif.
Pada dasarnya,
penerapan refrigerasi dibagi dalam 5 kelompok bidang yaitu:
1)
Refrigerasi Domestik.
Refrigerasi domestik
memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dari yang lain, dimana yang utama akan
dipelajari tentang penggunaan lemari es dan freezer di rumah tangga. Tetapi
bagaimanapun juga karena unit-unit pelayanannya sangat luas, refrigerasi domestik
mewakili suatu bagian dari industri refrigerasi. Unit domestik biasanya berbentuk kecil, yang mempunyai daya antara 35 W sampai 375 W
dan dari jenis kompresor hermetic, walaupun pada saat ini sudah mulai
dikembangkan dengan menggunakan system lain selai kompresi uap.
2)
Refrigerasi Industri/Komersial.
Refrigerasi industri sering dikacaukan dengan Refrigerasi komersil karena pembagian antara ke
dua bidang tersebut tidak jelas. Tetapi sebagai gambaran umum, biasanya Refrigerasi industri lebih besar dari pada Refrigerasi komersil dan membutuhkan seorang
atau lebih yang benar-benar ahli untuk dapat mengoperasikannya, sebagai contoh
misalnya pabrik es, pabrik pengepakan makanan
yang besar (daging,ikan,ayam,makanan beku dll), pabrik susu, pabrik bir,
pabrik anggur, pabrik minyak, dan berbagai industry lain seperti industry
penyulingan minyak, industry kimia,
industry semen,pabrik karet, bahkan industry kontruksi sipil/bangunan, industry
tekstil, pabrik kertas, industry logam dan lain-lain.
3)
Refrigerasi Transportasi.
Sesuai dengan namanya, system ini mempelajari Refrigerasi yang digunakan pada bidang transportasi seperti kapal, truk, kereta
api, pesawat terbang baik untuk jarak jauh maupun untuk pengiriman local dan
lain-lain.
4)
Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana.
Sistem kompresi uap merupakan dasar system refrigerasi
yang terbanyak digunakan, dengan komponen utamanya adalah kompresor, kondensor,
alat ekspansi (“Throttling Device”), dan
evaporator.
B. Sistem
Refrigerasi Kompresi Uap
Aplikasi sistem
refrigerasi kompresi uap paling banyak digunakan pada peralatan industri maupun
peralatan rumah tangga seperti sistem tata udara atau AC, kulkas, freezer, ice
maker, dispenser, dsb. Sistem ini memiliki nilai performansi yang tinggi,
komponennya tidak banyak, sederhana, serta mudah dalam perawatannya.
1.Kompresi
Merupakan proses
yang terjadi pada kompresor yang menekan refrigeran atau freon secara
reversibel dan isentropik. Kerja atau usaha yang diberikan pada refrigeran akan
menyebabkan kenaikan pada tekanan sehingga temperatur refrigeran akan lebih
besar dari temperatur lingkungan atau refrigeran mengalami fasa superheat.
2.Kondensasi
Merupakan proses
pelepasan kalor refrigeran superheat ke lingkungan sehingga fasanya berubah
dari uap menjadi cair jenuh tetapi tekanan dan temperaturnya masih tetap
tinggi. Media pengembun refrigeran pada kondensor bisa berupa udara (air cooled
condenser), air (water-cooled condenser) atau campuran udara dan air
(evaporative condenser).
3.Ekspansi
Merupakan proses penurunan
secara adiabatis pada tekanan dan temperatur sehingga nilainya lebih rendah
dari temperatur lingkungan. Beberapa alat ekspansi diantaranya pipa kapiler,
katup ekspansi manual, Thermostatic Expansion Valve (TXV), Automatic Expansion
Valve (AXV), Electronic Expansion Valve (EXP), dan lain sebagainya.
4.Evaporasi
Setelah refrigeran
diekspansikan secara irreversibel adiabatik menjadi cairan jenuh, refrigeran
akan memiliki tekanan dan temperatur rendah sehingga akan menerima sejumlah
kalor dari lingkungan yang didinginkan dan refrigeran berubah seluruhnya
menjadi uap jenuh yang kemudian masuk ke kompresor untuk disirkulasikan
kembali. Pembagian evaporator berdasarkan bentuk koilnya yaitu pipa telanjang
(bare tube), permukaan pelat (Plate Surface), dan bersirip (finned).
Berdasarkan konstruksinya dibedakan menjadi shell & tube, Shell & coil,
dan Bondelot. Sedangkan pembagian evaporator berdasarkan ekspansi langsung
yaitu Tipe ekspansi kering (dry expansion type) dan tipe banjir (flooded type).
Siklus refrigerasi
kompresi uap memiliki dua keuntungan.
1.
Sejumlah
besar energi panas diperlukan untuk merubah cairan menjadi uap, dan oleh karena
itu banyak panas yang dapat dibuang dari ruang yang disejukkan.
2.
Sifat-sifat
isothermal penguapan membolehkan pengambilan panas tanpa menaikan suhu fluida
kerja ke suhu berapapun didinginkan. Hal ini berarti bahwa laju perpindahan
panas menjadi tinggi, sebab semakin dekat suhu fluida kerja mendekati suhu
sekitarnya akan semakin rendah laju perpindahan panasnya.
C.
Komponen
Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Komponen yang ada di sistem refrigerasi kompresi uap
terdapat dua jenis komponen, taitu komponen utama dan komponen pendukung. Dalam
komponen utama hanya ada empat komponen yang tidak bisa dihilangkan salah
satunya.
a)
Komponen
Utama Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
1.1.
Kompresor
Fungsi dan cara
kerja kompresor torak
Kompresor merupakan jantung dari sistem refrigerasi. Pada saat yang sama
komrpesor menghisap uap refrigeran yang bertekanan rendah dari evaporator dan
mengkompresinya menjadi uap bertekanan tinggi sehingga uap akan tersirkulasi.
Kebanyakan kompresor-kompresor yang dipakai saat ini adalah dari jenis
torak. Jika torak bergerak turun dalam silinder, katup hisap terbuka dan uap
refrigeran masuk dari saluran hisap ke dalam silinder. Pada saat torak bergerak
ke atas, tekanan uap di dalam silinder meningkat dan katup hisap menutup,
sedangkan katup tekan akan terbuka, sehingga uap refrigean akan ke luar dari
silinder melalui saluran tekan menuju ke kondensor.
Kebocoran katup
kompresor dan terbakarnya motor kompresor
Beberapa masalah pada kompresor adalah bocornya katup terkabarnya motor
kompresor. Jika katup tekan bocor torak
menghisap uap dari saluran hisap, sebagian uap yang masih tertinggal disaluran
tekan akan terhisap kembali ke dalam silinder, sehingga mengakibatkan
efisiensinya berkurang. Hal yang sama juga dapat terjadi bila katup hisap bocor
torak menekan uap ke saluran tekan,
sebagian uap di alam silinder akan tertekan kembali ke saluran hisap.
Untuk mencegah kebocoran torak terhadap dinding silinder, biasanya
dipasang cincin torak. Jika cincin ini aus atau pecah, refrigeran dapat bocor
sehingga “tekanan tekan” akan lebih rendah dan menyebabkan kekurangan
efisiensi. Jika motor kompresor terbakar, terutama untuk jenis hermetik dan
semi hermetik, dan jika rifrigeran yang dipakai adalah CFC dan HCFC, maka akan
timbul asam yang bersifat korosif.
Pengecekan
kompresor
Beberapa tes sederhana dapat dilakukan untuk mengetahui jika ada
kebocoran yang nyata dalam kompresor. Pertama jika saluran hisap disumbat, maka
saluran hisap kompresor akan vakum/hampa udara. Jika katup hisap atau katup
tekan atau torak bocor, refrigeran yang akan dipompa oleh kompresor tak akan
sebesar yang dikehendaki. Tes kebocoran yang lain diperlihatkan jika kompresor
dapat mempertahankan vakum yang dapat dicapai.
Jika kompresor dimatikan, tekanan hisap diamati apakah turun dengan
nyata. Jika katup hisap atau katup tekan torak bocor, tekanan bisap akan turun.
Tes yang sama dapat dilakukan dengan mengamati “tekanan tekan”. Jika saluran
tekan disumbat, kompresor akan mempertahankan tekanan tersebut. Jika katup
tekan bocor tekanan tekan akan turun.
Gambar 1. Kompresor
1.2.
Kondensor
Kondensor
gambar 5 juga merupakan salah satu komponen utama dari sebuah mesin pendingin.
Pada kondensor terjadi perubahan wujud refrigeran dari uap super-heated (panas
lanjut) bertekanan tinggi ke cairan sub-cooled (dingin lanjut) bertekanan
tinggi. Agar terjadi perubahan wujud refrigeran (dalam hal ini adalah
pengembunan/ condensing), maka kalor harus dibuang dari uap refrigeran.
Kalor/panas
yang akan dibuang dari refrigeran tersebut berasal dari :
1. Panas yang
diserap dari evaporator, yaitu dari ruang yang didinginkan
2. Panas yang
ditimbulkan oleh kompresor selama bekerja
Jelas
kiranya , bahwa fungsi kondensor adalah untuk merubah refrigeran gas menjadi
cair dengan jalan membuang kalor yang dikandung refrigeran tersebut ke udara
sekitarnya atau air sebagai medium pendingin/condensing.
Gas
dalam kompresor yang bertekanan rendah dimampatkan/dikompresikan menjadi uap
bertekanan tinggi sedemikian rupa, sehingga temperatur jenuh pengembunan
(condensing saturation temperature) lebih tinggi dari temperatur medium
pengemburan (condensing medium temperature). Akibatnya kalor dari uap
bertekanan tinggi akan mengalir ker medium pengembunan, sehingga uap refrigean
akan terkondensasi.
Gambar 2. Kondensor
1.3.
Katup Ekspansi
Setelah refrigeran terkondensasi di kondensor, refrigeran cair tersebut
mausk ke katup ekspansi yang mengontrol jumlah refregean yang masuk ke
evaporator. Ada banyak jenis katup ekspansi, tiga diantaranya adalah pipa
kapiler, katup ekspansi otomatis, dan katup ekspansi termostatik.
1.3.1.
Pipa Kapiler (capillary tube)
Katup ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga
adalah pipa kapiler. Pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang
kecil dan panjang tertentu. Besarnya tekanan pipa kapiler bergantung pada
ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler diantara
kondensor dan evaporator
Refrigeran yang melalui pipa kapiler akan mulai menguap. Selanjutnya
berlangsung proses penguapan yang sesungguhnya di evaporator. Jika refrigeran
mengandung uap air, maka uap air akan membeku dan menyumbat pipa kapiler. Agar
kotoran tidak menyumbat pipa kapiler, maka pada saluran masuk pipa kapiler
dipasang saringan yang disebut strainer.
Ukuran diameter dan panjang pipa kapiler dibuat sedemikian rupa, sehingga
refrigeran cair harus menguap pada akhir evaporator. Jumlah refrigeran yang
berada dalam sistem juga menentukan sejauh mana refrigeran di dalam evaporator
berhenti menguap, sehingga pengisian refrigeran harus cukup agar dapat menguap
sampai ujung evaporator.
Bila pengisian kurang, maka akan terjadi pembekuan pada sebagian
evaporator. Bila pengisian berlebih, maka ada kemungkinan refrigeran cair akan
masuk ke kompresor yang akan mengakibatkan rusaknya kompresor. Jadi sistem pipa
kapiler mensyaratkan suatu pengisian jumlah refrigeran yang tepat.
Gambar 3. Pipa Kapiler
1.3.2.
Katup
Ekspansi Otomatis (Automatic Expansion Valve “AXV”)
Sistem pipa kapiler sesuai digunakan pada sistem-sistem dengan beban
tetap (konstan) seperti pada lemari es atau freezer, tetapi dalam beberapa
keadaan, untuk beban yang berubah- ubah dengan cepat harus digunakan katup
ekspansi jenis lainnya.
Beberapa katup ekspansi yang peka terhadap perubahan beban, antara lain
adalah katup ekspansi otomatis (AXV) yang menjaga agar tekanan hisap atau
tekanan evaporator besarnya tetap konstan.
Bila beban evaporator bertambah maka temperatur evaporator menjadi naik
karena banyak cairan refrigeran yang menguap sehingga tekanan di dalam saluran
hisap (di evaporator) akan menjadi naik pula.
Akibatnya “bellow” akan bertekan ke atas hingga lubang aliran
refrigeran akan menyempit dan ciran refrigeran yang masuk ke evaporator menjadi
berkurang. Keadaan ini menyebabkan tekanan evaporator akan berkurang dan “bellow”
akan tertekanan ke bawah sehingga katup membuka lebar dan cairan refrigeran
akan masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian seterusnya.
Gambar 4. Automatic Expansion Valve
1.3.3.
Katup
Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve “TXV”)
Jika AXV bekerja untuk mempertahankan tekanan konstan di evaporator, maka
katup ekspansi termostatik (TXV) adalah satu katup ekspansi yang mempertahankan
besarnya panas lanjut pada uap refrigeran di akhir evaporator tetap konstan,
apapun kondisi beban di evaporator.
Cara
kerja TXV adalah sebagai berikut :
Jika beban bertambah, maka cairan refrigran di evaporator akan lebih
banyak menguap, sehingga besarnya suhu panas lanjut dievaporator akan
meningkat. Pada akhir evaporator diletakkan tabung sensor suhu (sensing bulb)
dari TXV tersebut. Peningkatan suhu dari evaporator akan menyebabkan uap atau
cairan yang terdapat ditabung sensor suhu tersebut akan menguap (terjadi
pemuaian) sehingga tekanannya meningkat. Peningkatan tekanan tersebut akan
menekan diafragma ke bawah dan membuka katup lebih lebar.
Hal ini menyebabkan cairan refrigeran yang berasal dari kondensor akan
lebih banyak masuk ke evaporator. Akibatnya suhu panas lanjut di evaporator
kembali pada keadaan normal, dengan kata lain suhu panas lanjut di evaporator
di jaga tetap konstan pada segala keadaan beban.
Gamba 5. Thermostatic Expansion Valve
1.4.
Evaporator
Pada evaporator, refrigeran menyerap kalor dari ruangan yang didinginkan.
Penyerapan kalor ini menyebabkan refrigeran mendidih dan berubah wujud dari
cair menjadi uap (kalor/panas laten). Panas yang dipindahkan berupa :
1. Panas sensibel
(perubahan tempertaur)
Temperatur refrigeran yang memasuki evaporator dari katup ekspansi harus
demikian sampai temperatur jenuh penguapan (evaporator saturation temparature).
Setelah terjadi penguapan, temperatur uap yang meninggalkan evaporator harus
pupa dinaikkan untuk mendapatkan kondisi uap panas lanjut (super-heated
vapor)
2. Panas laten
(perubahan wujud)
Perpindahan panas terjadi penguapan refrigeran. Untuk terjadinya
perubahan wujud, diperlukan panas laten. Dalam hal ini perubahan wujud tersebut
adalah dari cair menjadi uap atau mengupa (evaporasi). Refrigeran akan menyerap
panas dari ruang sekelilingnya.
Adanya proses perpindahan panas pada evaporator dapat menyebabkan
perubahan wujud dari cair menjadi uap. Kapasitas evaporator adalah kemampuan
evaporator untuk menyerap panas dalam periode waktu tertentu dan sangat ditentukan
oleh perbedaan temperatur evaporator (evaporator temperature difference).
Perbedaan tempertur evaporator adalah perbedaan antara temperatur jenus
evaporator (evaporator saturation temperature) dengan temperatur
substansi/benda yang didinginkan. Kemampuan memindahkan panas dan konstruksi
evaporator (ketebalan, panjang dan sirip) akan sangat mempengaruhi kapaistas
evaporator.
Gambar 6. Evaporator
b) Komponen
Pendukung Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
2.1.
Filter Dryer
Filter dryer
berfungsi untuk menyaring refrigeran dari kotoran dan mengeringkan refrigeran
dengan cara menyerap uap air yang terkandung dalam refrigeran. Filter dryer
dipasang pada liquid line atau sebelum TXV dan sight glass.
Gambar 7. Filter Dryer
2.2.
Acumulator
Akumulator upaya untuk melindungi kompresor dari refrigeran cair pada baris
hisap. Hal ini dicapai dengan menggunakan perangkap terbalik. Namun pada saat
yang sama dapat jebakan minyak entrained dalam refrigeran. Hal ini akhirnya
bisa menahan muatan seluruh minyak yang akan menyebabkan kegagalan kompresor.
Untuk mengatasi masalah ini lubang kecil ini terletak di bagian bawah perangkap
terbalik. Sebuah Efek Venturi terjadi dan setiap minyak yang terjebak tersedot
melalui lubang dan terbawa oleh hisap uap dikembalikan ke kompresor bah
tempatnya.
Gambar 8. Accumulator
2.3.
Sight Glass
Sight glass
berfungsi untuk melihat fasa refrigeran apakah yang melewati sight glass
benar-benar cair dan untuk melihat cukup atau tidaknya refrigeran yang mengalir
didalam sistem.
Gambar 9. Sight Glass
2.4.
Selenoid Valve
Selenoid valve
berfungsi untuk menghentikan atau meneruskan cairan refrigeran dalam sistem
refrigerasi dengan menggunakan prinsip elektromagnetik. Jika dipasang pada
liquid line, akan menjaga refrigeran terperangkap disisi tekanan tinggi dan
menurunkan kerja kompresor saat awal dijalankan.
Gambar10. Selenoid Valve
2.5.
Hand Valve
Hand valve berfungsi sebagai
buka tutup aliran yang dilakukan secara manual. Selain itu hand valve berfungsi
sebagai alat ekspansi untuk menurunkan tekanan aliran fluida yang digunakan.
Gambar 11. Hand Valve
2.6.
High Low Pressure Gauge
High Low Pressure Gauge adalah alat untuk mengukur tekanan dan temperatur
yang menggunakan jarum dan sensor aliran Refrigeran.
2.6.1. Low
Pressure gauge
Adalah alat pengukur tekanan rendah di pasang pada suction line yang mana
keluaran dari evap menuju kompressor.
Gambar 12. Low Pressure Gauge
2.6.2. High
Pressure gauge
Alat pengukur tekanan dan temperatur tinggi yang mana mengukur tekanan
dan laju aliran pada suatu dalam sistem tersebut. Di pasa pada discharge line
super heat.
Gambar 13. Low Pressure Gauge
2.7.
High Low Pressure Control
2.7.1. Low
Pressure Control
Low Pressure Control digunakan
sebagai pengontrol temperatur sekaligus pula sebagai alat pengaman. Bila
digunakan sebagai pengaman, LPC ini akan memutuskan rangkaian dan menghentikan
kompresor pada saat tekanan hisap (suction pressure) menjadi terlalu rendah.
Hal ini bisa disebabkan unit pendingin kekurangan refrigerant, bocor terjadinya
bunga es yang tebal di evaporator. Bila tekanan dari saluran hisap ini kembali
normal, LPC akan menutup rangkaian dan kompresor akan bekerja kembali. Beberapa
LPC dilengkapi dengan reset manual untuk menjaga adanya short cycling karena
gangguan pada sistem.
Low Pressure Control dapat pula
digunakan sebagai alat pengontrol kompresor pada saat tekanan refrigerant
meningkat atau menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap meningkat. Jenis
ini disebut : Reverse Acting Low Pressure Control, jenis ini biasa digunakan
sebagai alat pengaman pada unit dengan suhu yang rendah yang menggunakan
electric depost, untuk memutuskan elemen pemanas (electric heater) setelah
pencairan bunga es (depost) selesai. Jenis ini dapat juga digunakan sebagai
alat kontrol Forced Draft Cooled Fan pada "Cool Rooms", on dan off pada
saat temperatur "Cool Rooms" terlalu tinggi.
Gambar 14. Low
Pressure Control
2.7.2. High
Pressure Control
HPC
biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor pada saat terjadi gangguan
tekanan yang berlebihan. HPC akan menghentikan kompresor pada saat tekanan pada
saluran tekan terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk melindungi katup-katup
kompresor dan juga untuk melindungi motor dari beban yang berlebihan.
Bila tekanan saluran tekan
(discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan, HPC akan terbuka dan memutuskan
rangkaian sehingga kompresor berhenti. Bila tekanan turun kembali ke harga
normal, HPC tertutup dan kompresor bekerja kembali.
Beberapa jenis HPC dilengkapi
dengan tombol reset manual sehingga kompresor tidak dapat bekerja kembali
sebelum tombol reset ditekan. Hal ini digunakan sebagai pengaman. Jadi Anda
jangan melakukan reset sebelum mengetahui penyebab terjadinya tekanan lebih
pada saluran tekan.
HPC
biasa digunakan pada sistem komersial dan juga industri. Karena suhu kondensing
dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant berlainan, maka cut in
dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan, jenis
kondensor dan ambient temperatur dari sistem. Disamping untuk mengontrol
kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai pengontrol Fan Condensor, pompa air
condensor dan selenoid valve. Reverse acting HPC akan menutup kontaknya pada
saat tekanan meningkat. Sedangkan HPC akan membuka kontaknya pada saat tekanan
meningkat. Reverse acting HPC digunakan untuk menjaga suhu condensing yang
minimum. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada area dimana ambient
temperatur di bawah condensing temperatur.
Gambar 15. High Pressure Control
c)
Komponen
Kelistrikan
3.1.
MCB
MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh aliran
listrik lebih dengan menggunakan electromagnet/bimetal. cara kerja dari MCB ini
adalah memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus yang mengalir
untuk memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB menggunakan satuan Ampere (A),
Kapasitas MCB mulai dari 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. MCB
yang digunakan harus memiliki logo SNI pada MCB tersebut.
Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas
dari MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ). Contoh Untuk MCB
6A mempunyai kapasitas menahan daya listrik sebesar : 6A x 220v = 1.200 Watt
Beberapa kegunaan MCB :
- Membatasi Penggunaan Listrik
- Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet )
- Mengamankan Instalasi Listrik
- Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik
Cara menentukan penyebab MCB turun cara menyentuh bagian putih dari MCB,
apakah panas atau tidak.
- Apabila tidak panas,
kemungkinan ada bagian instalasi yang korslet, biasanya bila instalasi yang
korslet tersebut telah di perbaiki, MCB langsung dapat dinyalakan. Jika sesudah
beberapa menit MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan kembali, artinya MCB
tersebut sudah rusak
2.
Apabila panas
Itu menandakan MCB mengalami kelebihan beban dalam waktu yang cukup lama,
tunggu beberapa menit baru menyalakan MCB tersebut, biasanya apabila langsung
di nyalakan, MCB akan langsung turun kembali, hal ini disebabkan oleh BiMetal
yang memuai dan membutuhkan waktu untuk kembali ke bentuk semula. Bila sesudah
beberapa menit, MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan, artinya MCB tersebut
sudah rusak
Gambar 16. MCB
3.2.
TDR
Kontaktor timer adalah kontaktor yang digunakan
sebagai relai penunda waktu yang fungsinya untuk memindahkan kerja dari
rangkaian pengontrol kerangkaian tertentu yang bekerja secara otomatis. Misal
dari star ke delta secara otomatis. Prinsipnya sama saja dengan
kontaktor, hanya saja memiliki waktu tunda operasi. Kontaktor timer ini
memiliki kontak NO dan juga kontak NC, seperti pada magnetik kontaktor, hanya
bekerjanya berdasarkan delay waktu yang telah ditentukan. Biasanya kontaktor
timer ini disebut timer/TDR.
Gambar 17. Timer Delay relay
TDR dengan
Waktu Tunda Hidup (On Delay)
Timer ini bekerja dari normalnya dengan tunda waktu sesuai dengan setting
yang diberikan.
Untuk NO, setelah koil dari kontaktor diberi daya, kontak NO masih tetap
terbuka hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah 5 detik,
kontak akan otomatis berubah status dari terbuka (off) menjadi tertutup (on)
dan akan tetap tertutup selama kontaktor mendapat catu daya. Jika catu daya
diputus, maka kontaktor akan kembali terbuka.
Untuk NC, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NC masih tetap
tertutup hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah 5 detik,
kontak akan otomatis berubah status dari tertutup (off) menjadi terbuka (on)
dan akan tetap terbuka selama relay mendapat catu daya. Jika catu daya diputus,
maka relay akan kembali tertutup.
TDR dengan
Waktu Tunda Mati (Off Delay)
Timer ini bekerjanya berkebalikan dengan timer On Delay, saat kontaktor
magnit mendapat tegangan dan aktif, maka kontak akan langsung aktif juga, namun
setelah tegangan hilang dan kontaktor magnit tidak aktif, maka kontak yang
aktif tadi akan menjadi tidak aktif setelah waktu yang ditentukan.
Untuk NO, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NO akan berubah
status menjadi tertutup dan akan tetap tertutup selama koil diberi catu. Saat
catu daya diputus, kontak akan tetap tertutup hingga beberapa waktu tertentu,
misalnya 5 detik. Setelah 5 detik, kontak akan otomatis berubah status dari
tertutup menjadi terbuka.
Untuk NC, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NC akan berubah
status menjadi terbuka dan akan tetap terbuka selama koil diberi catu. Saat
catu daya diputus, kontak akan tetap terbuka hingga beberapa waktu tertentu,
misalnya 5 detik. Setelah 5 detik, kontak akan otomatis berubah status dari
terbuka menjadi tertutup.
3.3.
CONTACTOR
Magnetic Contactor (MC) adalah sebuah komponen yang
berfungsi sebagai penghubung/kontak dengan kapasitas yang besar dengan
menggunakan daya minimal. Dapat dibayangkan MC adalah relay dengan kapasitas
yang besat. Umumnya MC terdiri dari 3 pole kontak utama dan kontak bantu (aux.
contact). Untuk menghubungkan kontak utama hanya dengan cara memberikan
tegangan pada koil MC sesuai spesifikasinya.
Komponen utama sebuah MC adalah koil dan kontak utama. Koil dipergunakan
untuk menghasilkan medan magnet yang akan menarik kontak utama sehingga
terhubung pada masing masing pole.
Untuk aplikasi yang lebih, MC mempunyai beberapa accessories. Dan yang
paling banyak dipergunakan adalah kontak bantu. Jika kontak bantu yang telah
tersedia kurang bisa dilakukan penambahan di samping atau depan. Pneumatic
Timer juga sering dipakai dalam wiring sebuah system, misalnya pada Star Delta
Starter.
Gambar 18. Magnetic Contactor
3.4.
AMPERE METER
Amperemeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang ada dalam
rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemen listrik.
Cara menggunakannya adalah dengan menyisipkan amperemeter secara langsung ke
rangkaian.
Gambar 19. Amperemeter
3.5.
VOLT METER
Volt Meter merupakan alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik
dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak
komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan
tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung
kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di
tengah sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x
diameter).
Gambar 20. Voltmeter
3.6.
TERMOSTAT
Thermostat berfungsi untuk mempertahankan temperatur di dalam media yang
didinginkan agar tetap konstan dengan menjalankan dan menghentikan kompresor
secara otomatis. Pada thermostat ini dilengkapi dengan bulb yang berfungsi
sebagai sensor perubahan temperatur, jika temperatur yang diinginkan telah
tercapai maka bulb terisi dengan fluida tersebut mengirimkan sinyal untuk
memutuskan arus listrik sehingga kompresor berhenti bekerja.
Gambar 21. Termostat
D. Siklus
Refrigerasi Kompresi Uap
Siklus refrigerasi
komp[resi uap ditunjukkan dalam Gambar 1 dan 2 dan dapat dibagi menjadi
tahapan-tahapan berikut :
1 – 2. Cairan
refrigeran dalam evaporator menyerap panas dari sekitarnya, biasanya udara, air
atau cairan proses lain. Selama proses ini cairan merubah bentuknya dari cair
menjadi gas, dan pada keluaran evaporator gas ini diberi pemanasan berlebih/
superheated gas.
2 – 3. Uap yang
diberi panas berlebih masuk menuju kompresor dimana tekanannya dinaikkan. Suhu
juga akan meningkat, sebab bagian energi yang menuju proses kompresi
dipindahkan ke refrigeran.
3 – 4. Superheated
gas bertekanan tinggi lewat dari kompresor menuju kondenser. Bagian awal proses
refrigerasi (3-3a) menurunkan panas superheated gas sebelum gas ini
dikembalikan menjadi bentuk cairan (3a-3b). Refrigerasi untuk proses ini
biasanya dicapai dengan menggunakan udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut
terjadi pada pekerjaan pipa dan penerima cairan (3b - 4), sehingga cairan
refrigeran didinginkan ke tingkat lebih rendah ketika cairan ini menuju alat
ekspansi.
4 – 1. Cairan yang
sudah didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi,
yang mana akan mengurangi tekanan dan mengendalikan aliran menuju evaporator.
E. Refrigeran
Refrigeran
adalah zat kerja utama yang digunakan untuk menyerap dan mengalirkan kalor
dalam sistem refrigerasi. Semua refrigeran menyerap kalor pada temperatur dan
tekanan rendah selama evaporasi dan melepaskan kalor pada temperatur dan
tekanan tinggi selama proses kondensasi. Fluida kerja yang disirkulasi di dalam siklus
refrigerasi disebut refrigeran
primer, dan fluida kerja yang disirkulasi di luar siklus refrigerasi
disebut refrigeran sekunder.
Syarat-syarat
refrigeran antara lain tekanan penguapan harus cukup tinggi, tekanan
pengembunan yang tidak terlalu tinggi, mempunyai titik didih dan titik beku
yang rendah,kalor/panas laten penguapan yang tinggi, volume spesifik lebih
kecil, koefisien kinerja tinggi, konduktivitas termal yang tinggi viskositas
yang rendah, konstanta dielektrik yang kecil, nilai tahanan listriknya besar,
tidak korosif terhadap logam, tidak beracun, tidak berwarna dan tidak berbau,
tidak mudah terbakar atau meledak, dapat bercampur dengan minyak pelumas
kompresor, mempunyai struktur kimia yang stabil, mudah dideteksi jika terjadi
kebocoran, harganya murah, dan ramah lingkungan.
Refrigeran Halokarbon dan
Dampaknya Terhadap Lingkungan
Refrigeran yang
termasuk dalam kelompok halokarbon mempunyai satu atau lebih atom dari tiga
atom halogen, klorin, fluorin dan bromin.
Chlorofluorocarbon
(CFC)
Refrigeran
halokarbon yang paling banyak dipakai adalah refrigeran CFC terutama CFC–12
yang diperkenalkan pada tahun 1931, telah digunakan secara luas pada sistem
refrigerasi mulai dari water chiller sampai refrigerator, AC
mobil serta perlatan pengkondisi udara pada alat-alat transportasi dan
penyimpanan produk. Senyawa CFC termasuk dalam kelompok zat yang merusak ozon
karena mempunyai nilai ODP yang tinggi. Ozone Depleting Potential (ODP)
adalah potensi suatu zat untuk merusak lapisan ozon.
Hydrochlorofluorocarbon
(HCFC)
Refrigeran HCFC
mulai diperkenalkan sebagai refrigeran transisi pengganti CFC Hal ini
disebabkan karena refrigeran HCFC ini masih dapat menyebabkan kerusakan ozon,
tetapi nilai ODP-nya lebih kecil dibandingkan CFC serta masih mengandung gas-gas
rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global. Jenis refrigerant ini
adalah HCFC-22 (R-22) yang mempunyai temperatur buang yang tinggi dan
keterbatasan untuk larut dalam pelumas mineral yang digunakan pada sistem
refrigerasi CFC–12 sehingga membutuhkan penggantian kompresor.
Hydroflurocarbon
(HFC)
Refrigeran
alternatif baru yang dikembangkan selanjutnya adalah refrigeran HFC. Refrigeran
HFC (seperti HFC 134a) ini mempunyai sifat termodinamika yang hampir sama
dengan CFC–12. Refrigeran ini mempunyai nilai ODP nol sehingga tidak merusak
ozon, tetapi masih mengandung gas gas rumah kaca yang dapat meningkatkan
pemanasan global. Dari segi penggunaan refrigeran HFC ini membutuhkan minyak
pelumas yang berbeda dengan minyak pelumas yang dipakai pada sistem refrigerasi
CFC. Jadi refrigeran ini tidak dapat langsung diterapkan pada sistem
refrigerasi CFC karena membutuhkan penggantian kompresor.
Refrigeran
Hidrokarbon sebagai Refrigeran Pengganti yang Ramah Lingkungan
Penggunaan
refrigeran yang ramah lingkungan mutlak diperlukan untuk menjaga kelangsungan
alam, sehingga benar-benar ramah lingkungan. Salah satu refrigeran alami yang
sedang dikembangkan adalah refrigeran hidrokarbon yang menjadi topik pembahasan
pada penelitian ini. Dalam pemilihan hidrokarbon sebagai alternatif pengganti
CFC dan HCFC hal-hal yang harus diperhatikan adalah titik didih pada tekanan
normal (Normal Boiling Point), kapasitas volumetrik refrigerasi dan
efisiensi energi.
Titik didih ini
harus diperhatikan untuk menjamin tekanan operasi yang hampir sama dengan CFC
dan HCFC untuk menghindari keperluan peralatan tekanan tinggi seperti
kompresor. Semakin tinggi titik didih normalnya, kapasitas refrigerasi
volumetrik harus dipertimbangkan untuk menentukan jenis dan ukuran kompresor yang
digunakan. Efisiensi energi ditentukan pemakaian daya listrik kompressor.
Kelebihan dan Kekurangan
Refrigeran Hidrokarbon Kelebihan
refrigeran HC antara lain:
a. Tidak diperlukan perubahan
peralatan utama yang sudah ada atau pembelian peralatan baru.
b. Hidrokarbon biasa dipakai
dengan pelumas mineral maupun sintetis.
c. Hidrokarbon tidak menyebabkan
kerusakan ozon dan pemanasan global karena ODP yang dimiliki nol dan GWPnya
kecil.
d. Hidrokarbon tersedia diseluruh
dunia tanpa hak paten, sehingga diproduksi secara bebas di negara manapun
termasuk Indonesia, tidak seperti refrigeran sintetis yang hanya diproduksi
oleh perusahaan tertentu.
e. Kebutuhan hidrokarbon kurang
dari separuh dibandingkan CFC. Adapun kelemahan hidrokarbon adalah mudah
terbakar, sehingga diperlukan adanya aturan penggunaan yang harus dipenuhi dan
prosedur penggantian yang aman.
a)
Jenis-Jenis
Refrigeran
Dari jenisnya
refrigeran dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.1.
Refrigeran
alami
Refrigeran yang dapat ditemukan dialam, namun demikian masih
deperlukan pabrik untuk penambangannya dan pemurniannya.contoh refrigeran alami
:
§ Hidrocarbon (HC) ;
§ Carbondioksida (CO2)
;
§ Amonia (NH3) ;
Jenis
refrigeran ini tidak mengandung chlor
oleh sebab itu refriigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP=0).
Beberapa jenis refrigeran alami,
sebagai berikut :
|
REFRIGERANT
|
ODP
|
|
R-11
|
1
|
|
R-12
|
1
|
|
R-22
|
0,056
|
|
R-134a
|
0
|
|
HC, CO2,
NH3
|
0
|
Tabel 1. Data
Refrigeran dengan nilai ODPnya
1.2.
Refrigeran
sintetik
Refrigeran
sintetik tidak terdapat dialam, namun dibuat oleh manusia dari unsur-unsur
kimia. Yang termasuk kedalam kelompok refrigeran sintetik adalah :
1. Refrigeran
CFC ( Chol-Fluor-Carbon )
2. Refrigeran
HCFC ( Hydro-Chol-Fluor-Carbon)
1.3.
Persyaratan
Refrigeran
1. Tekanan
penguapannya harus cukup tinggi
2. Tekanan
pengembunan yang tidak terlampau batas
3. Kalor
laten penguapan harus tinggi
4. Volume
spesifik (fasa gas) yang cukup kecil
5. Koefisien
prestasi harus cukup tinggi
6. Konduktifitas
thermal yang tinggi
7. Viskositas
yang rendah dalam fasa cair maupun gas
8. Konstanta
dielekra harus kecil
9. Stabil
dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai
10. Tidak
beracun dan berbau
11. Harus
mudah terdeteksi
12. Mudah
diperoleh dan harganya terjangkau
13. Ramah
lingkungan
1.4.
Pengisian
Refrigeran
Pengisian refrigeran
ke dalam sistem harus dilakukan dengan baik dan jumlah refrigeran yang diisikan
sesuai/ tepat dengan takaran. Kelebihan refrigeran dalam sistem dapat
menyebabkan temperatur evaporasi yang tinggi akibat dari refrigeran tekanan
yang tinggi.
Selain itu dapat
menyebabkan kompresor rusak akibat kerja kompresor yang terlalu berat, dan
adanya kemungkinan liquid suction. Sebaliknya bila jumlah refrigeran yang
diisikan sedikit, dengan kata lain kurang dari yang ditentukan, maka sistem
akan mengalami\ kekurangan pendinginan.sebaik mungkin dan karena Proses
pengisian refrigeran ke dalam sistem ada beberapa cara, diantaranya yaitu :
1.
Mengisi
sistem berdasarkan berat refrigeran.
2.
Mengisi
sistem berdasarkan banyaknya bunga es yang terjadi di evaporator.
3.
Mengisi
sistem berdasarkan temperatur dan tekanan.
Perhatikan gambar dan
tentang pemasangan manifold gauge untuk pengisian
Gambar 24. Pengisian Refrigeran
BAB III
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
|
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
|
1
|
Obeng (+/-)
|
1
|
|
2
|
Kunci kombinasi (10)
|
1
|
|
3
|
Tang kombinasi
|
1
|
|
4
|
Palu karet
|
1
|
|
5
|
Kunci inggris (6 in/8 in)
|
1
|
|
6
|
Gergaji besi
|
1
|
|
7
|
Bor duduk
|
1 set
|
|
8
|
Bor tangan
|
1 set
|
|
9
|
shelltipe
|
Secukupnya
|
|
10
|
Box tempat alat
|
1
|
|
11
|
Pemotong pipa
|
1
|
|
12
|
Penggaris (30 cm/60 cm)
|
1
|
|
13
|
Alat banding
|
1 set
|
|
14
|
Alat flaring and swagging
|
1 set
|
|
15
|
Kikir pipa tembaga
|
1
|
|
16
|
Multi meter
|
1
|
|
17
|
Solder
|
1
|
|
18
|
Timah
|
Secukupnya
|
|
19
|
Las Achetylin
|
1 set
|
Tabel 2. Data
Alat – alat yang digunakan
B. Bahan
|
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
|
1
|
Kompresor
|
1 unit
|
|
2
|
Kondensor
|
1 unit
|
|
3
|
Katup ekspansi
|
1 unit
|
|
4
|
Evaporator
|
1 unit
|
|
5
|
Selenoid valve
|
1 unit
|
|
6
|
Filter dryer
|
1 unit
|
|
7
|
Accumulator
|
1 unit
|
|
8
|
Hand valve
|
3 buah
|
|
9
|
Sight glass
|
3 buah
|
|
10
|
Pipa tembaga
|
secukupnya
|
|
11
|
Low pressure switch
|
1 unit
|
|
12
|
High pressure switch
|
1 unit
|
|
13
|
thermostate
|
1 unit
|
|
14
|
Ampere meter
|
1 unit
|
|
15
|
Volt meter
|
1 unit
|
|
16
|
Low pressure gauge
|
1 unit
|
|
17
|
High pressure gauge
|
1 unit
|
|
18
|
MCB
|
1 unit
|
|
19
|
MC
|
1 unit
|
|
20
|
Fan (kondensor&evaporator)
|
1 unit
|
|
21
|
TDR
|
1 unit
|
|
22
|
Nat
|
secukupnya
|
|
23
|
Kabel
|
secukupnya
|
|
24
|
Refrigerant R-134a
|
secukupnya
|
Tabel 3. Data Bahan
– bahan yang digunakan
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Praktikum
|
A
|
V
|
Kompresor
|
Kondensor
|
Exspansi
|
Evaporator
|
P
|
P
|
||||
|
Suction
|
Discharge
|
In
|
Out
|
In
|
Out
|
In
|
Out
|
Suction
|
Discharge
|
||
|
0
|
218
|
37
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
32
|
10
|
150
|
|
1,2
|
218
|
36
|
46
|
46
|
33
|
33
|
4
|
4
|
30
|
10
|
148
|
|
1,2
|
218
|
36
|
50
|
50
|
32
|
32
|
3,5
|
3,5
|
30
|
10
|
148
|
|
1,2
|
218
|
36
|
52
|
52
|
32
|
32
|
3
|
3
|
30
|
10
|
148
|
|
1,2
|
218
|
36
|
52
|
52
|
32
|
32
|
3
|
3
|
30
|
12
|
150
|
Tabel 4. Data –
data praktikum
Keterangan :
·
Satuan Temperatur : oC
·
Satuan Tekanan :
Psi
DIAGRAM KELISTRIKAN
Gambar
26. Rangkaian Kelistrikan Trainer
B. Perhitungan
Data
Data percobaan yang
diambil sebagai contoh adalah dari data menit ke-3, dimana yang diketahui
adalah :
*
Temp.
Evaporator : 3,5 oC
*
Temp.
Kondensor : 50 oC
a)
Efek Pendinginan (qe)
Diketahui : h1 = 398
kJ/kg
h4 = 270 kJ/kg
Ditanyakan = Efek Pendinginan (qe) ?
Jawab : qe = h1
- h4
= 398 kJ/kg – 270 kJ/kg
= 128 kJ/kg
Jadi Efek pendinginan pada sistem tersebut adalah 128 kJ/kg
b)
Efek Pemanasan (qc)
Diketahui : h2 = 424
kJ/kg
h3 = 270 kJ/kg
Ditanyakan = Efek Pemanasan (qc) ?
Jawab : qc = h2
- h3
= 424 kJ/kg – 270 kJ/kg
= 154
kJ/kg
Jadi Efek pemanasan pada sistem tersebut adalah 154 kJ/kg
c)
Kerja Kompresi (qw)
Diketahui : h2 = 424
kJ/kg
h1 = 398 kJ/kg
Ditanyakan = Kerja Kompresi (qw) ?
Jawab : qw = h1
– h2
= 398 kJ/kg
– 424 kJ/kg
= -26
kJ/kg
Jadi Kerja kompresi pada sistem tersebut adalah -26 kJ/kg
d)
Daya Kompressor (Wkomp)
Diketahui : V = 223V
I = 1,3A
µ = 0,6
cosf = 1
Ditanyakan = Daya Kompresor (Wkomp)
?
Jawab : Wkomp = V . I . µ .
cosf
= 223V . 1,3A
. 0,6 . 1
=
173,94 kWatt
Jadi Daya Kompressor yang di butuhkan sistem tersebut 173,94 kWatt
e)
Laju Aliran Massa Refrigeran (m)
Diketahui : Wkomp = 173,94 kWatt
qw = 26 kJ/kg
Ditanyakan = Laju Aliran Massa Refrigeran (m) ?
Jawab : m = Wkomp / qw
= 173,94
kWatt / 26 kJ/kg
= 6,69
kg/s
Jadi Laju Aliran Massa Refrigeran pada sistem tersebut adalah 6,69 kJ/kg
f)
Kapasitas Pendinginan (Qe)
Diketahui : m = 6,69 kg/s
qe
= 128 kJ/kg
Ditanyakan = Laju Aliran Massa Refrigeran (mo) ?
Jawab : Qe = m . qe
= 6,69 kg/s
. 128 kJ/kg
= 856,32
kJ/s
= 856,32 kWatt
Jadi Kapasitas Pendinginan (Qe) sistem tersebut adalah 856,32 kWatt
g)
Coefisien Of Performance (COP)
Diketahui : qe = 128 kJ/kg
qw = 26 kJ/kg
Ditanyakan = COP ?
Jawab : COP = qe
/ qw
= 128
kJ/kg / 26 kJ/kg
= 4,9
Jadi Coefisien Of Performance (COP) pada sistem tersebut adalah 4,9
C. Analisis
Data Praktikum
Hentikan pengisian bila
tekanan suction sudah mencapai 3-5 Bar, tapi kanyataan yang kita lakukan pada
pengisian refrigeran kedalam sistem hanya
sampai 2 Bar pada tekanan suction,
dikarenakan panjang pipa dari keseluruhan sistem refrigerasi yang
terinstalasi lebih pendek dari panjang pipa pada sistem refrigerasi yang ideal.
Disamping itu karena
pengaruh akibat terlalu banyak gulungan pada pipa kapiler yang dibuat pada
instalasi sistem refrigerasi kami, dari pada sistem refrigerasi yang ideal adalah terjadinya over temperatur pada
evaporator sampai mencapai -8oC.
Pemasangan pipa pada
keluaran kompressor juga harus lebih kecil dari pada pipa masukan kompressor
untuk bisa mencapai sistem yang ideal, jika tidak dilakukan maka akan
menyebabkan over temperatur pada kondensor.
Akibat pengaruh dari itu
semua, Coefisien Of Performance (COP) yang dihasilkan hanya 3.1, padahal untuk
sistem yang ideal Coefisien Of Performance (COP) adalah 4-6.
Oleh karena itu untuk
menghasilkan sistem refrigerasi yang ideal, maka harus di perhatikan pemilihan
pipa yang akan digunakan pada sistem refrigerasi tersebut, baik dari segi
ukuran maupun dari panjang pipa tersebut.
Untuk aplikasi refrigerasi ukuran kefektifan kerja dari sistem
adalah berdasarkan dari tujuan kerja sistem. Pada sistem refrigerasi ke
luaran yang diharapkan adalah jumlah panas yang harus dipindahkan ke
luar lingkungan yang lebih panas sehingga dari perumusan
hukum termodinamika II perbandingannya sering dinamakan dengan
coefesien of performance COP.
COP adalah Perbandingan antara efek
pendinginan dibagi kerja kompresi, dapat di tulis dengan rumus sebagai berikut
:
|
COP = qe/qw
|
Pengerjaan sistem pemipaan
meliputi pembengkokan pipa (bending), swaging dan flaring, pengelasan (welding), serta penginstalasiannya.
Step-step
atau langkah-langkah di dalam pengerjaan pipa untuk sistem antara lain : Pemotongan (cutting), Peluasan(Reaming) , Pembengkokan
(Bending), Flaring dan Swaging serta Welding.
Pengelasan
pada dasarnya adalah proses penyambungan dua logam pada suhu mendekati suhu titik lebur logam itu. Kedua logam ini pada
situasi itu akan melunak dan mudah bergabung.
Sering kali proses ini dibantu dengan pemberian sejumlah bahan tambah yang sama
dengan jenis logam yang dilas. Setelah proses, pengelasan diberi pendinginan mendadak hingga struktur logam akan
kembali permanen dan mengeras
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Salah satu aspek yang
paling penting dari rekayasa lingkungan termal adalah refrigerasi. Refrigerasi
merupakan suatu proses
penarikan panas/kalor dari
suatu benda/ruangan sehingga temperatur
benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Sesuai
dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan, tetapi
dapat dipindahkan ke
suatu bahan/benda lain yang akan menyerap kalor.
Jadi refrigerasi
akan selalu berhubungan dengan
proses-proses aliran panas dan proses-proses perpindahan panas. Untuk
mempelajari refrigerasi dengan baik, dibutuhkan pengetahuan tentang bahan dan energi, temperatur, tekanan,
panas dan akibat-akibatnya serta subyeksubyek yang lain yang berhubungan
dengan fungsi dari suatu sistem refrigerasi, terutama termodinamika dan perpindahan panas.
Sistem refrigerasi pada dasarnya
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Sistem
refrigerasi mekanik; dimana
akan ditemui adanya mesin-mesin penggerak/dan alat mekanik lain, berikut yang termasuk
dalam sistem refrigerasi mekanik adalah :
a) Refrigerasi sistem kompresi uap.
b) Refrigerasi siklus udara.
c) Kriogenik/refrigerasi temperatur
ultra rendah.
d) Refrigerasi siklus sterling.
2) Sistem
refrigerasi non mekanik,
dimana tanpa menggunakan
mesin-mesin penggerak/dan
alat mekanik lain. Berikut yang termasuk sistem refrigerasi non mekanik adalah
sebagai berikut :
a. Refrigerasi thermoelektrik
b. Refrigerasi absorbsi
c. Refrigerasi steam jet
d. Refrigerasi magnetic
e. Heat pipe.
Pada dasarnya, penerapan refrigerasi
dibagi dalam 5 kelompok bidang yaitu:
1) Refrigerasi Domestik.
2) Refrigerasi Industri/komersial
3) Refrigerasi Transportasi
4) Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sederhana
Sistem refrigerasi kompresi mengambil keuntungan dari
kenyataan bahwa fluida yang bertekanan tinggi pada suhu tertentu cenderung
menjadi lebih dingin jika dibiarkan mengembang. Jika perubahan tekanan cukup
tinggi, maka gas yang ditekan akan menjadi lebih panas daripada sumber dingin
diluar (contoh udara diluar) dan gas yang mengembang akan menjadi lebih dingin
daripada suhu dingin yang dikehendaki. Dalam kasus ini, fluida digunakan untuk
mendinginkan lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan yang
bersuhu tinggi.
Sistem refrigerasi kompresi uap memiliki dua
keuntungan. Pertama, sejumlah besar energi panas diperlukan untuk merubah
cairan menjadi uap, dan oleh karena itu banyak panas yang dapat dibuang dari
ruang yang disejukkan. Kedua, sifat-sifat isothermal penguapan membolehkan
pengambilan panas tanpa menaikan suhu fluida kerja ke suhu berapapun
didinginkan. Hal ini berarti bahwa laju perpindahan panas menjadi tinggi, sebab
semakin dekat suhu fluida kerja mendekati suhu sekitarnya akan semakin rendah
laju perpindahan panasnya.
Sistem kompresi uap merupakan dasar sistem
refrigerasi yang terbanyak digunakan, dengan
komponen utamanya adalah kompresor, evaporator, alat ekspansi (“Throttling Device”),
dan kondensor.
Komponen Pokok
Refrigerasi Kompresi Uap
1)
Kompressor
a) Kompresor Open Unit (Open Type Cmpressor)
b)
Kompresor Sentrifugal
c)
Kompresor Scroll
d)
Kompresor Sekrup
e)
Kompresor Semi Hermetik
2) Kondensor
a)
Kondensor Berpendingin Udara
(Air Cooled Condenser)
b)
Kondensor Berpendingin Air
(Water Cooled Condenser)
3) Akumulator
4) Evaporator
5) Pipa Kapiler (Capillary Tube)
6) Pengering (Dryer)
7) Katup Ekspansi Otomatik (Automatic Expansion Valve)
8) Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve)
Pada
diagram P-h, siklus refrigerasi kompresi uap dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Kompresi 1-2 : Uap yang
diberi panas berlebih masuk menuju kompresor dimana tekanannya dinaikkan. Suhu
juga akan meningkat, sebab bagian energi yang menuju proses kompresi
dipindahkan ke refrigeran. Proses
ini berlangsung di kompresor secara isentropik adiabatik. Kondisi awal
refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah,
setelah dikompresi
refrigeran mejadi uap bertekanan tinggi. Oleh karena proses ini dianggap isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun
meningkat.
Proses Kondensasi 2-3 : Superheated gas
bertekanan tinggi lewat dari kompresor menuju kondenser. Bagian awal proses
refrigerasi menurunkan panas superheated gas sebelum gas ini dikembalikan
menjadi bentuk cairan. Refrigerasi untuk proses ini biasanya dicapai dengan
menggunakan udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut terjadi pada pekerjaan
pipa dan penerima cairan, sehingga cairan refrigeran didinginkan ke tingkat
lebih rendah ketika cairan ini menuju alat ekspansi. Proses ini berlangsung di kondensor. Refrigeran yang
bertekanan dan bertemperatur tinggi keluaran dari kompresor membuang kalor sehingga fasanya berubah
menjadi cair. Hal ini
berarti bahwa di kondensor terjadi penukaran kalor antara refrigeran dengan
udara, sehingga panas
berpindah dari refrigeran ke udara pendingin dan akhirnya refrigeran mengembun menjadi cair.
Proses Expansi 3-4 : Cairan yang sudah
didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi, yang
mana akan mengurangi tekanan dan mengendalikan aliran menuju evaporator. Proses ini berlangsung secara
isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi penambahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan
penurunan temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi pada
katup ekspansi yang
berbentuk pipa kapiler
atau orifice yang
berfungsi mengatur laju aliran
refrigeran dan menurunkan tekanan.
Proses Evaporasi 4-1 : Proses ini berlangsung di evaporator secara isobar
isotermal. Refrigeran dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor dari lingkungan / media yang
didinginkan sehingga
wujudnya berubah menjadi gas bertekanan rendah. Cairan
refrigeran dalam evaporator menyerap panas dari sekitarnya, biasanya udara, air
atau cairan proses lain. Selama proses ini cairan merubah bentuknya dari cair
menjadi gas, dan pada keluaran evaporator gas ini diberi pemanasan berlebih/
superheated gas. Kondisi
refrigeran saat masuk evaporator
sebenarnya adalah campuran cair dan gas, Selanjutnya, refrigeran kembali masuk ke kompresor dan
bersikulasi lagi, begitu seterusnya
sampai kondisi yang diinginkan tercapai.
Terdapat berbagai jenis refrigeran yang digunakan
dalam sistim kompresi uap. Suhu refrigerasi yang dibutuhkan sangat menentukan
dalam pemilihan fluida. Refrigeran yang umum digunakan adalah yang termasuk
kedalam keluarga chlorinated fluorocarbons (CFCs, disebut juga Freons): R-11,
R-12, R-21, R-22 dan R-502.
Penentunan ukuran keefektifan kerja (efisiensi) sistem
mesin konversi energi secara umum biasanya adalah membandingkan
antara ke luar ( kerja berguna ) dengan masukan ( energi masuk), berikut
berbagai perhitungan pada sistem refrigerasi kompresi uap :
1)
Dampak
refrigerasi atau “efek pendinginan”
|
qe = h1 – h4
|
Dimana : qe = Efek
Pendinginan (kJ/kg)
h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor
(kJ/kg)
h4
= entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)
2) Dampak
Kondensasi atau “efek pemanasan”
|
qc = h2 – h3
|
Dimana : qc = besarnya dilepas
di kondensor (kJ/kg)
h2 = entalpi
refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)
h3
= entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)
3) Kerja Kompresi
|
qw = h2 - h1
|
Dimana : qw = besarnya kerja
kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
h1
= entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi
refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
4) Daya kompresor
Daya kompresor adalah daya yang diberikan ke fluida kerja “refrigeran”
dengan proses pemampatan. Daya tersebut dipakai refrigeran untuk proses
siklus aliran. Daya kompresor dapat dihitung dengan persamaan
|
Wcomp = V.I.µ.cosƟ
|
Dimana : Wcomp = Daya Kompresor (kWatt)
V = Teganga/Volt (V)
I = Arus/Ampere (A)
µ = Efesiensi
(nilainya sekitar 0,6 - 0,7)
5)
Kapasitas Pendinginan
Nilai kapasitas pendinginan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
|
Qe = m0.qe
|
Dimana
: Qe = Kapasitas Pendinginan (kWatt)
mo = Laju
aliran massa refrigeran (kg/s)
qe
= Efek Refrigerasi (kJ/kg)
6)
Laju Aliran Massa Refrigeran
Adalah perbandingan antara Daya
kompressor dibagi kerja kompresi, dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
|
mo = Wcomp / qw
|
Dimana : mo
= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
Wcomp = Daya
Kompresor (kWatt)
qw = besarnya kerja
kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
7)
COP
(Coefisien Of Performance)
Untuk aplikasi refrigerasi ukuran kefektifan kerja dari sistem
adalah berdasarkan dari tujuan kerja sistem. Pada sistem refrigerasi ke
luaran yang diharapkan adalah jumlah panas yang harus dipindahkan ke
luar lingkungan yang lebih panas sehingga dari perumusan
hukum termodinamika II perbandingannya sering dinamakan dengan
coefesien of performance COP.
COP adalah Perbandingan antara efek
pendinginan dibagi kerja kompresi, dapat di tulis dengan rumus sebagai berikut
:
|
COP = qe/qw
|
Pengerjaan sistem pemipaan
meliputi pembengkokan pipa (bending), swaging dan flaring, pengelasan (welding), serta penginstalasiannya.
Step-step
atau langkah-langkah di dalam pengerjaan pipa untuk sistem antara lain : Pemotongan (cutting), Peluasan(Reaming) , Pembengkokan
(Bending), Flaring dan Swaging serta Welding.
Pengelasan pada
dasarnya adalah proses penyambungan dua logam pada suhu mendekati suhu
titik lebur logam itu. Kedua logam ini pada situasi itu akan melunak dan mudah bergabung. Sering kali proses ini dibantu
dengan pemberian sejumlah bahan tambah yang sama dengan jenis logam yang dilas.
Setelah proses, pengelasan diberi pendinginan
mendadak hingga struktur logam akan kembali permanen dan mengeras.
Peralatan lengkap untuk pengelasan ini antara lain :
a)
Gas oksigen dan gas
Asetilena
b)
Regulator tekanan gas
c)
Selang dan kepala las
d) Nozzle las yang disesuaikan dengan tekanan gas
e)
Pematik api
f)
Peralatan pengaman dan air
pendingin
Manifold gauge
adalah suatu alat
yang digunkan untuk
membantu saat pemvakuman ataupun pengisian. Berikut
adalah gambar suatu manifold gauge.
Katup pada manifold gauge berfungsi untuk membuka dan menutup
aliran refrigeran/gas.
Komponen lain yang biasa ditemukan dalam sistem refrigerasi
adalah katup servis. Katup ini berfungsi
untuk menyambungkan komponen dan melakukan pengisian atau pemvakuman refrigeran. Biasa terdapat di saliran
suction kompresor atau di saluran pipa cair (liquid line), menyatu dengan liquid receiver
Evacuating atau
Dehydrating adalah cara
untuk mengosongkan atau menghampakan
sistem dari udara dan gas-gas lain.
Sistem refrigerasi pada trainer harus
divakum untuk menurunkan tekanan pada sistem hingga di bawah tekanan atmosfer. Pada kondisi ini
gas-gas tak terkondensasi dalam
sistem akan dibuang, demikian pula dengan uap air yang terkandung. Semua ini harus dibuang karena dapat mengganggu kinerja sistem,
selain itu juga “menyita tempat” dalam
sistem. Gas-gas lain selain refrigeran di dalam sistem akan menyebabkan kerja
komresi lebih besar dari yang diperlukan, karena kompresor harus juga
mengeluarkan energi untuk mensirkulasikan
dan menaikan tekanan gas-gas tersebut. Kondisi ini akan berpengaruh saat sistem dijalankan sehingga sistem
tidak dapat bekerja dengan optimal.
Pekerjaan pemvakuman
ini merupakan suatu
keharusan dalam setiap
proses penginstalasian
terhadap sisem refrigerasi. Sisa udara pada sistem yang tidak divakum akan mengakibatkan udara tersebut tidak dapat diembunkan
pada temperatur dan tekanan pengembunan dari
refrigeran juga udara
dapat menaikkan temperatur
dan tekanan kondensasi
serta saluran discharge
kompresor. Membuat vakum
pada sistem dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :
Ø Memakai kompresor dari sistem itu
sendiri.
Ø Memakai pompa vakum yang khusus untuk
memvakum sistem.
Pengecekan kebocoran dengan busa sabun dilakukan bila kita
yakin tekanan dalam sistem benar-benar di atas tekanan atmosfir.
Untuk meyakinkan hal tersebut,
lihatlah pressure gauge yang terpasang. bila tekanan dalam sistem vakum (jarum menunjukkan tekanan negatif pada skala
terbaca), maka pemeriksaan kebocoran
dengan air sabun tidak boleh dilakukan.
Untuk
mengetahui kebocoran dalam
sistem atau komponen dapat
digunakan beberapa
cara antara lain :
Ø Mencari kebocoran dengan air sabun
(soap bubbles)
Ø Diberi tekanan lalu direndam dalam cairan/air (untuk
memeriksa kebocoran dalam komponen;
misalnya evaporator saja)
Ø Alat pencari kebocoran dengan nyala
api (Halida Torch)
Ø Detektor kebocoran elektronik
(Electronic leak detector)
Ø Mencari kebocoran dengan zat pewarna
(colored tracing agent)
Pengisian refrigeran ke dalam sistem
harus dilakukan dengan baik dan jumlah refrigeran yang diisikan sesuai/ tepat dengan takaran.
Kelebihan refrigeran dalam sistem dapat
menyebabkan temperatur evaporasi yang tinggi akibat dari refrigeran tekanan
yang tinggi. Selain itu dapat menyebabkan
kompresor rusak akibat kerja kompresor
yang terlalu berat, dan adanya
kemungkinan liquid suction. Sebaliknya bila jumlah refrigeran yang diisikan
sedikit, dengan kata
lain kurang dari
yang ditentukan, maka
sistem akan mengalami
kekurangan
pendinginan.sebaik mungkin dan
karena Proses pengisian refrigerant ke dalam sistem ada beberapa cara, diantaranya yaitu :
a) Mengisi sistem berdasarkan berat
refrigeran.
b) Mengisi sistem berdasarkan banyaknya
bunga es yang terjadi di evaporator.
c) Mengisi sistem berdasarkan temperatur
dan tekanan.
Tahap pengerjaan instalasi sistem
kelistrikan dan kontrol meliputi :
Ø Penempatan komponen-komponen sistem
kelistrikan dan kontrol.
Ø Menyambungkan semua
komponen kelistrikan sesuai
dengan diagram kelistrikan pada sistem.
Ø Pengetesan sistem kelistrikan.
Rangkaian daya juga merupakan rangkaian
pokok dari suatu
sistem kelistrikan. Komponen yang digunakan juga merupakan komponen yang
terkendali. Dalam rangkaian daya ini terdapat
satu buah motor kompresor yang dihubungkan dengan kontaktor yang teraliri arus pada rangkaian kontrol. Selain
motor kompresor, terdapat beberapa komponen lain seperti termometer
digital, pilot lamp untuk sumber arus pada sistem, ampere meter, voltmeter, dan
wattmeter pada saluran rangkaian daya yang dilengkapi dengan switch MC sebagai saklar on/off arus pada sistem.
Rangkaian kontrol juga merupakan bagian yang mengontrol
sistem kelistrikan, dalam pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dan
komponennya terpasang terpisah dengan rangkaian daya.
B. Saran
Dan penyusunan laporan ini terutama dalam perancangan refrigerasi
kompresi uap, penyusun menemui beberapa kendala. Sehingga hasil perancangan
yang penyusun buat masih belum sempurna dan masih perlu ada perbaikan-perbaikan
supaya dapat berfungsi lebih baik dan lebih mudah untuk dipahami oleh banyak
kalangan terutama oleh mahasiswa/mahasiswi yang mempelajari bidang refrigerasi
dan tata udara khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah :
1.
Lengkapi peralatan-peralatan praktikum.
2.
Dosen pempimbing diharap stanby diwaktu jam
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pen Bett, Rowluism [dan] Saville.
Thermodynamics for chemical engineers. London : The Artlone Press, [s.a]
2.
Daubert. Chemical engineering thermodynamics.Singapore : Mc.Graw
Hill, [s.a]
- Smith [dan] Van Ness. Introduction to chemical engineering thermodynamics. Singapore : Mc. Graw Hill, [s,a]
- Politeknik Negeri Bandung, Panduan Praktikum Instalasi Sistem Refrrigerasi, 2009 : Bandung
- http//:www.google.com
- http//:www.4shared.com
- sumber : http://globalindoprima.blogspot.com
8.
http://almarwah.sch.id/accumulator/
LAMPIRAN
yery good yang bkin blog ini. sangat bermanfaat sekali bgi sya,.,,,thank's very much..;)
BalasHapusilmu yang bermanfaat
BalasHapusSangat bermanfaat sekali
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Kaporit tablet,cair & serbuk
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium